Come And Feel the Difference

Full Version: Anak Miskin Yang "Kaya Raya"
You're currently viewing a stripped down version of our content. View the full version with proper formatting.
Alkisah ada seorang pemuda yang merasa dirinya tidak beruntung. Suatu hari ia duduk termenung di pingir jalan memikirkan nasibnya, 'Kenapa ya... nasib saya begitu jelek, di lahirkan di keluarga tidak berpendidikan dan miskin?'

Kebetulan saat itu lewat seorang kakek dan melihat pemuda itu duduk termenung. Kakek itu pun bertanya kepadanya, "Anak muda, kenapa kamu tampak sedih, tidak bersemangat, dan hanya duduk termenung?"

"Saya tidak mengerti, mengapa saya begitu miskin?" jawab pemuda itu dengan nada mengeluh.

Mendengat keluhan it, si kakek dengan bijak berkata, "Miskin? kamu tidak miskin, bahkan saya lihat sangat kaya."

Pemuda tersebut tercengang mendengar itu; lantas bertanya, "Kaya? Dari sudut pandang mana saya di bilang kaya? Untuk makan 3x sehari saja susah."

"Begini anak muda, satu tanganmu aku beli seharga seratus ons perak, mau?" tanya kakek tersebut.

"Tentu tidak," jawab pemuda itu.

"Kalau begitu saya tambah lagi dua ratus ons perak, maukah kamu menjual tanganmu?"

Jawaban yang sama terdengar dari pemuda tersebut.

Kakek tersebut semakin tertantang dan kemudian bertanya lagi, "Kalau saya beli kedua tanganmu seharga delapan ratus ons perak. Maukah kamu menjualnya kepada Kakek?"

"Tentu saja tidak," jawab pemuda itu dengan tegas.

"Nah, itulah kekayaan kamu sesungguhnya, belum lagi dihitung nilai kekayaan kedua belah kakimu, kesehatanmu, umur yang di berikan Tuhan kepadamu; saya pikir jika semuanya dijumlahkan akan mencapai jumlah yang luar biasa. Gunakanlah 'aset' tersebut untuk bekerja, mengolah sesuatu menjadi lebih berharga," nasihat kakek tersebut.

Nasihat yang bijak dan bernilai ini membuat pemuda tersebut seketika sadar dan semangatnya bangkit kembali. Ternyata Tuhan telah memberinya "kekayaan" yang tanpa ia sadari dapat di kembangkan menjadi aset-aset yang lebih berguna.
very nice story. walau mungkin hanya sekeda cerita. tapi benar² cerita yang membangun nangis