Come And Feel the Difference

Full Version: Tuhan Datang
You're currently viewing a stripped down version of our content. View the full version with proper formatting.
INTISARI ONLINE - Pagi yang istimewa, Conrad bangun lebih awal daripada biasanya. Ia membersihkan toko sepatunya dan mengatur segala perabot rumahnya. Hari ini ia tidak bekerja karena akan menyambut tamu yang sangat istimewa, yaitu Tuhan. Tadi malam ia mendapat ilham bahwa Tuhan akan mengunjungi rumahnya. Dengan diselimuti kegembiraan, Conrad menunggu kedatanganNya.

Tak berapa lama, terdengar langkah-langkah kaki lalu ketukan pintu. Conrad berlari ke pintu dan segera membukanya. Pak Pos berdiri di luar. Wajahnya pucat dan jari-jarinya biru karena kedinginan. Conrad mempersilahkannya masuk dan menghidangkan secangkir teh hangat. “Terima kasih,” kata Pak Pos. “Tehnya sudah menghangatkan tubuhku.” Kemudian ia minta pamit dan segera pergi. Sesudah Pak Pos pergi, Conrad membersihkan meja lalu duduk di dekat jendela agar bisa melihat tamu yang datang. “Tuhan nanti pasti datang,” batinnya.

Sejenak kemudian lewatlah seorang anak kecil yang menangis terisak-isak. Conrad memanggilnya masuk. Ternyata si anak tersesat, tidak tahu jalan pulang ke rumah. Conrad mengantar pulang anak itu. Ia meninggalkan catatan di atas mejanya, “Tunggu aku, aku akan segera pulang.” Ia membiarkan pintunya terbuka sedikit.

Rumah anak itu jauh. Hari sudah sore ketika ia pulang. Saat masuk ke rumahnya, ia terkejut. Ada seseorang di dalam rumahnya. Rupanya Tuhan sudah datang. Oh, bukan….. ia ibu yang tinggal di sebelah. Ia tampak demikian letih dan sedih. Ia bercerita bahwa anaknya sakit. Panas badannya amat tinggi. Ibu itu tidak tahu apa yang harus diperbuat. Conrad merasa iba pada ibu itu yang menjanda semenjak suaminya meninggal karena kecelakaan. Conrad menjenguk dan mengompres anak si ibu dengan kain basah sambil duduk di sampingnya.

Hari sudah larut malam ketika ia kembali ke kamarnya. Tuhan belum datang juga. Karena terlalu lelah, ia melemparkan dirinya ke atas tempat tidur.

Lamat-lamat ia mendengar suara, “Terima kasih Conrad. Engkau membuat badanku hangat. Engkau mengantarku pulang. Terima kasih juga atas bantuanmu. Pada hari ini aku sudah menjadi tamumu.” Itu suara Tuhan.


Quote:Tuhan Datang
author : K. Tatik Wardayati
Wednesday, 24 August 2011 - 10:00 am