[Gereja Katolik] St. Angela Foligno TOSF: Mistikus dan Teolog Otodidak - Printable Version +- Come And Feel the Difference (https://www.gookil.com/x2) +-- Forum: Community (https://www.gookil.com/x2/forum-5.html) +--- Forum: Iman dan Spiritualisme (https://www.gookil.com/x2/forum-8.html) +---- Forum: Katolik (https://www.gookil.com/x2/forum-13.html) +---- Thread: [Gereja Katolik] St. Angela Foligno TOSF: Mistikus dan Teolog Otodidak (/thread-554.html) |
St. Angela Foligno TOSF: Mistikus dan Teolog Otodidak - Terzier - 01-17-2014 St. Angela Foligno TOSF: Mistikus dan Teolog Otodidak
Tiga puluh tahun ia terlibat skandal. Ia cantik, dan pandai memikat pria. Ia hidup berfoya-foya, tak peduli suami dan anak-anaknya. Mengapa kemudian ia bertobat? Angela dilahirkan pada 1248 dalam sebuah keluarga kaya di Foligno, Umbria, Italia. Harta orangtuanya membuat pola hidupnya diwarnai dengan berfoya- foya. Kecantikan parasnya ia jadikan alat memikat kaum pria kaya. Tak heran, Angela menikah pada usia dini. Namun, pernikahan tak sedikit pun mengubah pola hidup glamour sejak masa lajangnya. Selama 30 tahun, ia terlibat banyak skandal dan perzinahan. Suami dan anak-anaknya ia abaikan demi mengejar kesenangan duniawi. Dalam pengakuannya, ia mengungkapkan bahwa dirinya merasa bangga dan nyaman dengan berlimpah harta dan status sosial tinggi –meski hidupnya berkubang dalam kedosaan. Menodai Gereja Pada usia 40 tahun, Angela akhirnya merasa sangat malu atas kehidupannya. Oleh karena itu, ia mengaku dosa dan menerima Sakramen Tobat. Namun, dosa yang ia lakukan tidak sesuai dengan realitas hidupnya. Ia hanya ingin menutupi rasa malunya di depan umum sehingga tetap dapat menerima komuni. Di sisi lain, Angela ingin menghindari tudingan dan penilaian negatif dari banyak orang atas dirinya. Akan tetapi, usahanya memanipulasi kebohongan itu terbongkar. Ia dianggap melakukan tindak pencemaran atau penodaan dengan menerima Sakramen Ekaristi secara tidak pantas, karena berada dalam kondisi dosa berat. Hal ini lazim disebut sakrilegi. Angela merasa terpukul atas peristiwa yang memalukan itu, bahkan telah menodai Gereja dengan tindakannya. Dengan bercucuran air mata, ia berdoa pada St Fransiskus Assisi yang konon menampakkan diri padanya dalam sebuah visiun (penglihatan rohani). St Fransiskus menasihatinya untuk berlaku jujur. Maka Angela mengulangi pengakuan dosanya dengan jujur dan mulai berbenah dalam sikap tobat: berdoa dan matiraga. Perubahan hidupnya begitu drastis. Sejak perubahan ini, justru cobaan yang ia tanggung seolah beruntun. Keluarganya meninggal satu demi satu: suami, ibu, dan anak-anaknya. Angela tinggal sendirian, dan memutuskan bergabung dengan Ordo Ketiga Fransiskan. Ia menjalani hidupnya sebagai seorang pengemis, yang banyak menerima caci- maki dan penderitaan, baik fisik maupun batin. Buku Pedoman Sejak pertobatannya, Angela berkanjang dalam jalan hidup yang selalu berorientasi pada kesucian: doa dan devosi, matiraga, dan melayani sesama. Ia mulai akrab dengan mencicipi pemahaman akan misteri Allah yang Mahakuasa. Bak berselancar di lautan kasih Allah, ia mengalami banyak pengalaman iman mendalam. Tahap demi tahap yang ia lalui sejak pertobatannya, dicatat dengan teliti dalam ‘Memoriale’. Di kemudian hari, Angela mengisahkan kembali proses pertobatannya secara rinci pada seorang Pastor Fransiskan yang menjadi bapa pengakuannya, Arnold dari Foligno. Dalam perjalanan waktu, sang Pastor membukukan kisah Angela itu dengan judul “Visi dan Instruksi”. Meski Angela mengisahkannya dalam Bahasa Italia dengan dialek Umbria, Pastor Arnold menuliskannya dalam Bahasa Latin. Buku yang terdiri dari 70 bab ini disusun selama bertahun- tahun, hingga selesai pada 1298. Pasca penulisan selesai, buku itu diserahkan pada Kardinal James dari Colonna dan delapan Fransiskan untuk dimintakan persetujuan. Buku ini kemudian direvisi pada 1299-1300. Angela mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk puisi. Ia banyak menyebut mengenai kerendahan hati dan cinta kasih Kristus pada manusia. “Kerendahan hati hanya muncul pada mereka yang cukup miskin, untuk melihat bahwa mereka tidak memiliki apapun selain milik mereka sendiri. Dan Sakramen Cinta Kristus merupakan hadiah dari seluruh hadiah, dan anugerah dari seluruh anugerah bagi manusia.” Pengalaman spiritual Angela yang telah dibukukan itu akhirnya menjadi rujukan banyak orang. Bahkan karya itu mengantarkannya menjadi guru spiritual yang menarik perhatian banyak teolog, misal: Maximilian van der Sandt SJ. Ia menganggap Angela seperti seorang teolog, karena seluruh ajarannya bersumber pada Yesus Kristus, Sang Buku Kehidupan. Stigmata Perjalanan spiritual Angela yang telah dibukukan itu seolah mengukuhkan dirinya sebagai seorang mistikus. Gairah pada kesucian dan kesaksian hidupnya menarik kekaguman, baik lelaki maupun perempuan. Mereka mengikuti nasihatnya dan mengamalkan nilai-nilai kristiani dalam hidupnya. Berkat keutamaan hidupnya, Angela berhasil mendirikan komunitas suster di Foligno. Komunitas ini hidup berdasarkan peraturan Ordo Ketiga Fransiskan dengan beberapa aturan tambahan. Namun, mereka tidak mengikatkan diri pada praktik hidup membiara yang ditandai dengan adanya klausura. Angela menghendaki agar mereka tetap bekerja dan mendedikasikan diri untuk hidup suci melalui pekerjaan yang mereka jalani. Dalam hidupnya, Angela juga dianugerahi stigmata. Karunia ini sering muncul bersama karunia lain, seperti: seruan kenabian, visiun, kemampuan bertahan hidup dengan asupan makanan dan minuman yang sangat terbatas, dll. Ia mampu berpuasa penuh selama 12 tahun, kecuali menyantap hosti suci. Ia pun dikaruniai visiun, pengalaman ekstase, bahkan hingga mencucurkan airmata darah. Pada 4 Januari 1309, Angela wafat di tengah anggota komunitas yang didirikannya. Jasadnya dimakamkan di Gereja St Fransiskus di Foligno. Setelah wafatnya, banyak mukjizat terjadi pada para peziarah yang berdoa di makamnya. Karunia Kekudusan Setelah lebih dari 350 tahun kemudian, nilai-nilai keutamaan kristiani dalam hidupnya diakui secara resmi oleh Gereja. Paus Innosensius XII (1691-1700) menggelarinya venerabilis. Sejak 11 Juli 1701, Paus Klemens XI (1700-1721) mengizinkan devosi dalam komunitas terbatas pada Angela yang kala itu dianugerahi gelar Beata. Akhirnya, pada 9 Oktober 2013, Paus Fransiskus memperluas izin devosi pada Angela bagi komunitas Gereja Universal. Penghormatan seperti ini berarti memasukkan Angela dalam bilangan para kudus. Mulai saat itulah, perempuan pendosa yang bertobat ini secara resmi menyandang gelar Santa. Sebelum Vatikan secara resmi menggelarinya Santa, nama Angela Foligno sudah kerap disebut-sebut. Misalnya, dalam audiensi umum Paus Benediktus XVI, nama Angela disebut-sebut sebagai teladan umat beriman. Ia menjadi pribadi yang terbuka pada kehadiran dan cara Tuhan yang ingin mengukir nama- Nya dalam jiwa mistikus dan teolog otodidak ini. Kini, Angela Foligno dijadikan perantara rahmat dan pelindung bagi kaum yang dicemooh karena jalan hidup suci yang mereka pilih, janda dan yang kehilangan anak, serta mereka yang berjuang melawan dosa seksual. Gereja merayakan peringatannya tiap 4 Januari. |