07-16-2010, 04:45 PM
VIVAnews - Sembilan pakar gempa yang tergabung dalam Tim Nasional Peta Gempa Indonesia mengakhiri pekerjaan beratnya, yakni menyusun peta gempa Indonesia yang paling mutakhir.
Rencananya, Jumat 16 Juli siang ini selepas salat Jum’at, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief mengundang tim yang dipimpin Masyhur Irsyam dari ITB itu untuk memaparkan petanya di Istana Presiden, Binagraha.
Sebelumnya, peta gempa yang diberi nama Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) Map itu telah ditandatangani oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pada 1 Juli yang lalu, sehingga telah resmi berlaku.
"Peta akan dipresentasikan di hadapan petinggi kementerian dan lembaga pemerintah, sipil dan militer, yang terkait dengan penanganan kebencanaan," kata Erick Ridzky, Ketua Panitia Presentasi Peta Gempa Terbaru Indonesia yang juga asisten Andi Arief.
Pejabat-pejabat yang akan hadir antara lain Menteri PU Djoko Kirmanto, Pimpinan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), UKP4, TNI Angkatan Darat, BMKG, Bappenas, dan LIPI.
Penyusunan peta gempa dilandaskan pada catatan tentang peristiwa gempa di berbagai wilayah yang disebabkan oleh sumber-sumber gempa tertentu. Yang menarik, peta ini memuat informasi detail mengenai sesar aktif yang bersemayam di bawah bumi berbagai wilayah Indonesia.
"Tim telah memetakan sesar di Sumatra dengan baik, Khusus mengenai sesar di Jawa, tim juga memberikan informasi yang cukup mengenai sesar Cimandi, sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Lasem dan Pati," tulis Erick.
Meski demikian, Tim Nasional yang disebut Tim Sembilan ini menganggap masih ada kekurangan dalam peta ini. Antara lain, masih sedikitnya sesar aktif yang bisa diidentifikasi laju gesernya (secara geologis dan geodetis) serta perioda ulang gempa dan maksimum magnitudenya.
Selain itu, kemungkinan adanya sesar aktif yang berlokasi dekat dengan Jakarta atau Surabaya, masih belum bisa diidentifikasi dengan baik. Namun, dibandingkan peta gempa terakhir yang disusun tahun 2002, peta gempa teranyar ini jauh lebih kaya informasi.
"Peta ini hanyalah awal untuk meminimalisasi kemungkinan gempa. Kita sepakat untuk terus melakukan pemetaan sistematis terhadap sumber-sumber gempa, dan updating peta gempa secara berkala, seperti yang dilakukan hampir setiap tahun oleh negara-negara rawan gempa seperti Jepang," lanjut Erick. (kd)
• VIVAnews
Rencananya, Jumat 16 Juli siang ini selepas salat Jum’at, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief mengundang tim yang dipimpin Masyhur Irsyam dari ITB itu untuk memaparkan petanya di Istana Presiden, Binagraha.
Sebelumnya, peta gempa yang diberi nama Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) Map itu telah ditandatangani oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pada 1 Juli yang lalu, sehingga telah resmi berlaku.
"Peta akan dipresentasikan di hadapan petinggi kementerian dan lembaga pemerintah, sipil dan militer, yang terkait dengan penanganan kebencanaan," kata Erick Ridzky, Ketua Panitia Presentasi Peta Gempa Terbaru Indonesia yang juga asisten Andi Arief.
Pejabat-pejabat yang akan hadir antara lain Menteri PU Djoko Kirmanto, Pimpinan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), UKP4, TNI Angkatan Darat, BMKG, Bappenas, dan LIPI.
Penyusunan peta gempa dilandaskan pada catatan tentang peristiwa gempa di berbagai wilayah yang disebabkan oleh sumber-sumber gempa tertentu. Yang menarik, peta ini memuat informasi detail mengenai sesar aktif yang bersemayam di bawah bumi berbagai wilayah Indonesia.
"Tim telah memetakan sesar di Sumatra dengan baik, Khusus mengenai sesar di Jawa, tim juga memberikan informasi yang cukup mengenai sesar Cimandi, sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Lasem dan Pati," tulis Erick.
Meski demikian, Tim Nasional yang disebut Tim Sembilan ini menganggap masih ada kekurangan dalam peta ini. Antara lain, masih sedikitnya sesar aktif yang bisa diidentifikasi laju gesernya (secara geologis dan geodetis) serta perioda ulang gempa dan maksimum magnitudenya.
Selain itu, kemungkinan adanya sesar aktif yang berlokasi dekat dengan Jakarta atau Surabaya, masih belum bisa diidentifikasi dengan baik. Namun, dibandingkan peta gempa terakhir yang disusun tahun 2002, peta gempa teranyar ini jauh lebih kaya informasi.
"Peta ini hanyalah awal untuk meminimalisasi kemungkinan gempa. Kita sepakat untuk terus melakukan pemetaan sistematis terhadap sumber-sumber gempa, dan updating peta gempa secara berkala, seperti yang dilakukan hampir setiap tahun oleh negara-negara rawan gempa seperti Jepang," lanjut Erick. (kd)